Asal-usul Karya: -
Terdiri atas 762 halaman (termasuk halaman
tambahan). Ide/ prakarsa oleh Gubernur KDH. TK. I Jawa Barat, R. Nuriana
(menanggapi isi pidato presiden RI Bp. H.M. Soeharto pada presentasi Al-Qur’an
Mushaf Istiqlal di Bina Graha Jakarta, 28 September 1993). Peresmian awal
penulisan dilaksanakan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 14 Agustus
1995/ 17 Rabiul Awal 1416 H dengan pembubuhan kalimat basmallah, di Gedung DPRD
TK. I Jawa Barat, Bandung, oleh Gubernur R. Nuriana. Lama penulisan 14 Bulan
(Desember 1995 – 15 Januari 1997). Landasan penulisan SK. Gubernur No.
45/05/SK.1196-Binsos/95. Peresmian selesainya penulisan/ penandatanganan
prasasti oleh Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana: 25 Januari 1997/17 Ramadhan 1417
H.
Menggunakan tinta Dr. Ph. Martin’s Black Star
(kaligrafi) dan Akrilik Winsor & Newton (iluminasi). Pena kaligrafi Paku
Handam. Pena iluminasi Kuas Winsor & Newton Gold Sphere. Warna emas
menggunakan emas murni 24 karat dalam bentuk serbuk dan lembaran tipis. Bidang
gubahan secara siluet T.77,4 cm, L.45,6 cm, termasuk ruang untuk kaligrafi
(54,55 cm x 38,2 cm).
Ide ragam hias untuk iluminasi bersumber dari 25
wilayah pemerintahan yang dirangkum ke dalam 17 desain biasa dan 3 desain untu
halaman khusus (Ummul Qur’an dll.). Acuan penulisan adalah Al-Qur’an Standar
Dept. Agama RI (Rasm Ustmani). Status penulisan: sah, melalui Program
pentashihan oleh Lajnah Pentashih Depag RI.
Gaya/
sistem penulisan a.l terdiri 15 baris, lurus/ sudut, dengan gaya tulisan
kombinasi naskhi, kuvik, dan tsulutsi, serta menggunakan warna hitam (dominan),
merah, dan emas. Gaya bingkai yaitu tunggal dengan garis emas ganda, dipuncaki
oleh siluet Mamolo masjid khas Banten dan Cirebon (Tiara). Ide ragam hias
berasal dari tumbuhan khas Jawa Barat, batik, ukiran, gerabah, dll.
http://quran-nusantara.blogspot.co.id/2012/05/mushaf-sundawi-1997-data-teknis-al.html#more
‘Sundawi’ yang digunakan dalam Al-Qur’an Mushaf Sundawi adalah
istilah yang dikaitkan dengan konsep desain dan tatanan iluminasi yang
diterapkan pada setiap halaman mushaf ini. Pada prinsipnya ada dua jenis sumber
inspirasi atau acuan desain yang digunakan. Pertama, yang
referensinya berasal dari motif islami Jawa Barat, misalnya memolo mesjid,
motif batik, ukiran mimbar, mihrab, dan artefak lainnya, dengan catatan bahwa
motif-motif tersebut tidak bersifat anthropomorphic (dari bentuk
manusia) ataupun zoomorphic (dari bentuk binatang). Jenis
motif kedua, yaitu desain yang bersumber pada sejumlah flora
tertentu yang khas Jawa Barat, seperti gandaria dan patrakomala.
Pembuatan Al-Qur’an Mushaf Sundawi diprakarsai oleh Gubernur
Jawa Barat waktu itu, HR Nuriana, yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 14
Agustus 1995 (17 Rabiul Awal 1416 H), pada peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Pada kesempatan itu Gubernur membubuhkan “Basmalah” pada lembar awal mushaf
sebagai simbol dimulainya penulisan Mushaf Sundawi. Untuk mewujudkan Al-Qur’an
yang sahih dalam segi penulisannya dan estetis dalam segi perwajahannya,
dibentuklah tim kerja yang terdiri atas para ulama, ahli kaligrafi (khattat),
pakar estetika seni rupa Islam, desainer spesialis iluminasi, peneliti,
iluminator, ahli komputer grafis, fotografer yang menunjang penelitian desain,
serta para ahli lainnya yang membantu pelaksanaan secara umum, demikian pula
para pentashih mushaf. Al-Qur’an Mushaf Sundawi selesai dikerjakan pada bulan
Januari 1997. Manuskripnya disimpan di dalam peti yang didesain secara khusus.
Tim
Pelaksana: Ide/prakarsa: R Nuriana (Gubernur Jawa Barat);Pembina: H
Agus Muhyidin, HMA Sampurna, Drs H Ukman Sutaryan;Penanggung Jawab: Drs
H Ragam Santika MM; Pengarah: Dr H Diharna (Ketua); Pelaksana
Harian: Drs HM Sholeh (Koordinator); Bidang Perencana: Mahmud
Buchari (Ketua), HM Faiz Abdurrazaq, Drs H Syarief Hidayat MHum, Dr Abay D
Subarna; Bidang Kaligrafi: Drs Wahidin Loekman (Ketua), H
Abdul Wasi, Baequni Yasin, Mahmud Arham, H Ahmad Hawi Hasan; Bidang
Desain dan Iluminasi: Drs Achmad Haldani D (Ketua), dengan 23 anggota.
Data Teknis: Al-Qur'an Mushaf Sundawi dibuat di atas kertas jenisConqueror Laid, tipe Ripple Art Special, warna China White, 250 gr, buatan Inggris. Dengan prinsip pembagian bidang golden section, dibuat bidang gubahan dengan ukuran tinggi 77,4 cm dan lebar 45,6 cm. Luas bidang untuk kaligrafi 38,2 x 54,55 cm. Jumlah halaman 763 halaman. Tinta yang digunakan adalah merek Dr. Ph. Martin's warna Black Star(buatan Amerika) untuk khat, dan cat akrilik Winsor & Newton (buatan Inggris) untuk iluminasinya. Sedangkan untuk emas murni terddapat dua jenis, yaitu emas serbuk dan emas lembaran (prada), masing-masing buatan Jepang dan Taiwan. Mushaf Sundawi menghabiskan 24.000 ml tinta warna dan 5.000 ml tinta hitam serta 1.500 gr emas prada dan 1000 gr emas murni serbuk, ratusan batang pena handam, 750 batang kuas, 350 pensil, dan 25 dus (12,5 kg) penghapus. Penggubahan outline motif iluminasi dibantu dengan dua perangkat lengkap komputer grafik, agar motif yang dihasilkan lebih halus, teratur, presisi, dan hemat waktu.
Sistem
Kaligrafi: Setiap halaman terdiri atas 15 baris tulisan, kecuali
halaman-halaman istimewa ummul-Qur'an (S al-Fatihah dan awal
al-Baqarah), nisful-Qur'an (awal S al-Kahf), dan khatmul-Qur'an (S
al-Falaq dan an-Nas) yang disesuaikan dengan bentuk dan ukurannya. Setiap juz
terdiri atas 24 halaman, kecuali juz 1, 15, 19, dan 30 yang memiliki halaman
lebih banyak demi kemudahan dan kenyamanan membaca. Jenis dan warna tulisan
untuk teks adalah khat Naskhi dengan tinta hitam. Nama judul surah pada kotak
adalah khat Kufi dengan emas murni dan outlinehitam. Setiap lafaz
Allah dan waqaf lazim ditulis dengan tinta merah. Basmalah pada awal Surah
al-Kahf, awal Surah al-Falaq dan an-Nas ditulis dengan khat Sulusi, disesuaikan
dengan bentuk bidang yang melengkung. Untuk memudahkan mencari ayat, pada nama
surah di setiap halaman dilengkapi dengan nomor surah, demikian juga nama juz
dengan nomor juz. Kedua item ini ditempatkan di sebelah bawah, di luar bingkai.
Setiap awal juz selalu di halaman sebelah kanan (halaman ganjil). Penulisan
ayat menggunakan sistem sudut, yaitu setiap halaman diakhiri nomor ayat (dalam
bahasa Turki disebut āyet ber-kenār). Tataletak menggunakan sistem
rata kiri-kanan, kecuali halaman doa Khatmul-Qur’an dan halaman Acuan Mushaf
Sundawi yang simetris, dengan mengacu kepada bunyi kalimat, untuk memudahkan
pembacaan dan pengaturan intonasi yang tepat sesuai dengan nada kalimatnya.
Setiap awal surah paling kurang terdiri atas kepala surah diikuti basmalah dan
baris pertama awal surah. Tanda-tanda seperti waqaf lazim, sajdah, ruku’,hizb,
Makiyah/Madaniyah dibuat lengkap, dengan bentuk dan warna yang menonjol. Pentashihan
ayat, selain dilakukan oleh tim intern penulis, juga secara formal ditashih
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Departemen Agama RI, Jakarta, yang
secara reguler datang ke Bandung.
Sistem
Iluminasi: Iluminasi (to illuminate berarti ‘memberi cahaya’)
bertujuan untuk mendukung ayat-ayat suci Al-Qur’an. Gubahan iluminasi Mushaf
Sundawi terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
(1) Tiara (mahkota),
idenya diambil dari bentuk mamolo masjid Banten dan Cirebon, yaitu hiasan pada
puncak atap masjid. Konsep mamolo diterapkan pada taira Mushaf Sundawi karena
kedudukan mamolo yang terkait erat dengan konsep bangunan arsitektur
tradisional masjid di Jawa Barat.
(2) Bingkai (frame),
adalah gubahan ruang sebagai tempat untuk mengungkapkan ragam hias Jawa Barat
yang diuntai mengelilingi ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan maksud memberikan
dukungan makna ayat, sekaligus memberikan identitas Jawa Barat.
(3) Tanda-tanda baca,
digubah dengan tujuan untuk lebih memperjelas peran tanda-tanda baca tersebut,
sekaligus dapat dipakai sebagai unsur yang memperindah Mushaf Sundawi secara
keseluruhan.
(4) Sumber ragam hias
iluminasi, diambil dari motif-motif tradisional yang dikembangkan dan ditambah
dengan sumber ragam hias lain khas Jawa Barat. Sumber ragam hias tersebut dapat
merupakan wakil dari wilayah-wilayah budaya Jawa Barat, maupun wilayah
pemerintahan. Secara keseluruhan terdapat 17 desain wilayah budaya, yang
masing-masing akan menempati satu juz berlainan. Selain itu, terdapat tiga
desain khusus untuk menghiasi halaman ummul-Qur’an, nisful-Qur’an,
dan khatmul-Qur’an, serta beberapa halaman tambahan. Pembagian
ragam hias wilayah budaya dan juz dirinci sebagai berikut: [1] Motif Teh I: Juz
1 dan 18; [2] Motif Banten: Juz 2 dan 19; [3] Motif Teh II: Juz 3 dan 20; [4]
Motif Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan Betawi: Juz 4 dan 21; [5] Motif
Indramayu: Juz 5 dan 22; [6] Motif Cirebon: Juz 6 dan 23; [7] Motif Padi: Juz 7
dan 24; [8] Motif Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, dan sekitarnya: Juz 8
dan 25; Motif Ciamis, Banjar: Juz 9 dan 26; [10] Motif Tasikmalaya: Juz 10 dan
27; [11] Motif Kina: Juz 11 dan 28; [12] Motif Garut: Juz 12 dan 29; [13] Motif
Sumedang: Juz 13 dan 30; [14] Motif Bandung (Patrakomala): Juz 14; [15] Motif
Gandaria: Juz 15; [16] Motif Hanjuang: Juz 16; [17] Motif Kuningan, Majalengka,
Cirebon, dan Indramayu: Juz 17; ditambah tiga motif khusus [A] Motif Jawa Barat
I: Ummul-Qur’an; [B] Motif Jawa Barat II: Nisful-Qur’an dan Khatmul-Qur’an; [C]
Motif Serang, Lebak, Pandeglang: halaman tambahan.
Sumber: Booklet "Penulisan Al-Qur'an Mushaf Sundawi Jawa Barat", 1997.
Kode koleksi: BQMI.1.1.30
Letak koleksi: Bayt Alqur'an